Joko “Tung-Tung” Wahyono girang bukan kepalang. Ia menuai 9,6 ton gabah kering giling (GKG) dari sawah 1 Ha. Itu peningkatan 100% karena sebelumnya petani di Desa Sajen, Kecamatan Cerucuk, Kabupaten Klaten itu hanya menuai 4 – 5 ton. Peningkatan produksi fantastis itu setelah ia menggunakan pupuk bio-organik Herbafarm.
Padahal, 10 tahun menjadi petani padi, produksi padi di sawah joko paling banter hanya 4 ton. Itulah sebabnya ia girang ketika menuai hampir 10 ton.Dengan lonjakan signifikan itu ia bertekad akan menggunakan Herbafarm pada penanaman berikutnya. Mula-mula Joko melarutkan 10 ml bio-organik Herbafarm dalam 5 liter air untuk merendam benih selama 1 – 3 jam. Selanjutnya ia memeram benih selama 2 hari hingga berkecambah +/- 1 mm.
Ia menyemprotkan Herbafarm berdosis 30 ml per 17 liter air ketika bibit berumur 15 hari dan siap pindah ke sawah. Tujuannya agar anakan lebih banyak dan mengurangi stres pada tanaman. Begitu juga dengan lahan padi. Setelah pengolahan lahan dan penaburan 1 ton pupuk kandang, ia menyemprotkan 30 ml Herbafarm yang dilarutkan dalam 17 liter air. Dua hari berselang, lahan siap ditanami.
Penyemprotan berikutnya dengan dosis dan konsentrasi sama ia lakukan ketika tanaman berumur 10 hari, 20 hari dan 40 hari. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 atau sore hari pukul 16.00. Dengan pemberian Herbafarm, ia hanya menaburkan 75 kg urea per Ha saat tanaman berumur 15 hari. Itu setengah dari dosis biasanya yang mencapai 150 kg per Ha. Penyemprotan ke-3 saat padi berumur 40 hari diiringi dengan pemberian 50 kg KCL per Ha atau setengah dari dosis normal.
Untuk luasan 1 Ha total general Joko menghabiskan 6 liter Herbafarm dengan harga Rp50.000 per liter.Sedangkan biaya penghematan pupuk kimia – Urea dan KCL – mencapai Rp370.000. Meski volume pupuk berkurang, tetapi produksi dan kualitas justru terdongkrak. Joko mengatakan, “Delapan puluh persen bulir-bulir padi kini terisi, dulu banyak yang hampa.”
Penggunaan pupuk kimia berlebihan, mengakibatkan daya dukung lahan menurun. Hara tanah dan bahan organik tanah cepat terkuras. Akibatnya kandungan bahan organik tanah di Indonesia saat ini hanya 1%, idealnya 5%.
Dengan mengadopsi teknologi biological complex process, Herbafarm mendukung tercapainya pertanian organic dan berkelanjutan. Bahan baku Herbafarm berupa produk sampingan dari olahan jamu PT. Sido Muncul dan didistribusikan oleh PT. Nutrend International (anak perusahaan PT. Sido Muncul), diperkaya dengan mikroba seperti mikroba pelapuk atau pengurai yang menjaga keseimbangan rantai makanan di alam. Mikroba itu sekaligus berperan dalam proses bioremediasi, yakni merombak senyawa-senyawa kimia pestisida atau herbisida menjadi tak berbahaya bagi lingkungan.
Mikroba penambat nitrogen berguna menambat nitrogen yang berlimpah di udara. Walaupun 78% komponen udara adalah nitrogen, tetapi tak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Jangan lupakan pula peran mikroba pelarut fosfat Pseudomonas sp dalam Herbafarm. Unsur fosfat sukar larut terutama di tanah masam. Musababnya fosfat terikat pada mineral liat tanah dan tak bisa diserap tanaman. Plant Growth Promoting Rhizobacteria yang dihasilkan oleh mikroba berperan sebagai hormon pemacu pertumbuhan tanaman. Dengan pengayaan bakteri itu, wajar jika dosis pupuk kimia ditekan hingga 50%. Herbafarm memperbaiki efisiensi penyerapan hara.
Herbafarm bukan hanya meningkatkan produksi tanaman pangan seperti padi. Jika diaplikasikan pada tanaman hortikultura seperti kentang, selada, terung, tomat, dan labu, Herbafarm juga mampu meningkatkan produksi. Begitu juga tanaman buah, perkebunan, kehutanan, dan tanaman hias. Jadi, apa pun tanamannya, pastikan Herbafarm pupuknya.
Sumber : Advertorial Trubus 481, Desember 2009/XL
Untuk mendapatkan pupuk organik cair Herbafarm hubungi customer service cs.hotline@nutrend-intl.com